Motivation
Haaaaaaaaa, targetnya pertengahan maret udah siap proposal, tapi ini udah tanggal 9 April belom kelaarrrrrr. Siriusli, harusnya tu bisa cepat nyelesain nyaaaa. Masalahnya tu ya itu, aku ga tau masalahnya tu apa. I don’t even know what I don’t know. Ya sih, aduh. Bisa sebenernya, tapi ya aku akui aku yang malas ngerjainnya. See? daripada ngerjain proposal, aku malah ngeblog. Aku suka stres sendiri padahal itu proposal ga dikerjain. Stres liat yang lain udah pada banyak yang maju sidang, stres liat yang lain udah ngerjain alat dan sibuk di Workshop. Aduh niken, ayolah. Kadang aku mikir, yang bisa memotivasi aku tu cuma Mama. Tapi tiap balik ke rumah tu gak dimotivasi, malah dibikin stressssss. Lagi sibuk jadi silent reader di Twitter, Mama datang nanyain, “Uni wisuda tanggal berapa?”, “Uni ntar kebayanya mau warna apa?”, “Mama akhir tahun ni mau pergi kesini, bisa ikut lah uni tuh ya kan udah selesai kuliahnya”, “Uni…” so on and on.. Papa juga sama, “Uni udah pikirin mau kerja apa lanjutin kuliah?”, “Uni udah pikirin mau lanjutin kuliah dimana?”… ngok. Jadinya guling-guling sendiri.
Come on niken come on.
Actually, I have so many friends who motivate me all the time. Not only from my friends, but also from a ‘stranger’. Kalau ga salah itu akhir bulan febuari. Balik dari nonton futsal anak Meka, there was a white rose infront of my room’s door. With a message “Keep spirit for your final project”. Sweet? or no?
Beberapa hari kemudian, ada lagi yang begituan. Tapi kali ini ga ada pesannya. Aku yakin itu dari satu orang, karena sama-sama mawar putih dan ngasihnya dengan cara yang sama. But until now, I haven’t said thank you yet. Sooo, I’m gonna say Thank you for the white roses and the motivation.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!