Ceritanya Begini..
Hampir setahun yang lalu, aku dan dua sahabat berangkat mencari peruntungan di kota nih ceritanya. Anyway, aku baru sadar juga sih kalo udah hampir setahun.. Rasanya baru kemarin banget.
22 July, 2015.
Jadi, temen aku sebut saja Gunawan dan Abdul. Nah di ruang tunggu, penerbangan dari Pekanbaru ke Surabaya, Abdul sibuk telfonan dengan sang cemewew. Nah yang single-single ni ya sibuk juga dong. Sibuk selfié dan membahagiakan diri dengan tanpa merusak kebahagiaan orang lain. Hehehe
Akupun langsung update di Path, dengan caption : Bawa bodyguards jalan-jalan.
Dan mereka ga mau kalah, update dengan caption : Bawa pembantu jalan-jalan.
Hmmmmm.
Ga ada satupun diantara kita yang pernah ke Surabaya. Bayangkan betapa bodohnya kita sesampainya di Surabaya. Tapi tenang, kita udah koordinasi dengan kepala suku Riau reg Surabaya. Jadi semua bakal aman…. kalau saja… si kepala suku… ada disana… disaat kita tiba. Jadi nyaa yaaaa hehehehe mampus.
Dah, singkat cerita setelah memperhitungkan segala aspek yaitu keuangan, keuntungan, dan kerugian, kita memutuskan untuk tinggal disebuah penginapan. Hm yha ga ada pilihan lagi sebenarnya. Mana.. mahal… ya mahal dikantong mahasiswa kelas menengah kebawah yang dikasi jajan pas-pasan. Buat makan pas. buat beli peralatan kuliah pas. Buat kongkow pas. Buat beli baju pas. Buat makan cantik juga pas. WKWK. Pas artinya ga pernah nyisa. HAHAHA. Ga deeeng. Tapi yaa, mempertimbangkan lokasi yang deket ITS dan dijalan besar, dan kemudahan akses tempat makan… yaa…. yaaa…. itu satu-satunya pilihan penginapan… rela ga rela sih…
Hari itu kita langsung memanfaatkan segala fasilitas. Yang paling dicari adalah. Apalagi kalau bukan. Colokan. Ya Allah, dasar anak-anak kekinian. Ga 100% kekinian sih, mau ngabarin orang tua soalnya. Hehehehehe alesan.
“Paa maa, aku udah nyampe nih”
. . . . . . . . . . . .
Keesokan harinya adalah h-1 pendaftaran. Zebelnya di ITS mesti daftar on the spot. Kita, anak-anak rantau, menuju ITS buat daftar. Jujur aku lupa bagian yang ini. Ingetnya cuma bagian main-mainnya doang. He he he. Oh iya, cuma ngumpulin berkas-berkas doang sih. Masih jam 10an urusan udah kelar, laluuuuu saya dan anak-anak mol ini menuju GALAXY MALL. Yaa, masalahnya menurut mas google, itu mall paling deket. Kita mah anak baik-baik, ga berani main jauh-jauh. Takut hilang. Masuk berita. Apaansih.
Berhubung kita belum nonton film yang kekinian saat itu, mau ga mau harus nonton biar makin terkini. Ant Man deh kalo ga salah. Selanjutnya yaa biasa lah. Gak afdhol kalo gak tawaf. Tawaf doang, belanja kagak.
Keesokan paginya disengajain bangun pagi. Di-paksa-in sih sebenernya demi free breakfast. Ga free sih, bayar kok. Intinya gak mau menyia-nyia kan fasilitas. Jadi. Dimanfaatkan se-maksimal mungkin. Maksimal banget. Kita icipin semuanya. Bolak-balik berkali-kali untuk refill piring kita wkwkw. Ngerepotin siapa yang bisa direpotin. Bahkan si Gunawan yang termotivasi untuk merepotkan orang-orang.
“Ken, mau telur mata sapi gak?”, fyi telur mata sapi = telor ceplok.
“Mau, yang setengah mateng”, jawab ku.
Dan si Gunawan mengangkat satu tangan kanannya mengode mbak mbak muda. Ya mbak ya muda lah ya.
“Mbak, pesen 3 telor ceplok yaaa. 1 setengah mateng, 1 agak mateng, dan 1 lagi agak setengah mateng”, katanya perlahan dan berhati-hati.
Sayangnya aku ga ngeleliatin ekspresi si mba’e karena sedang memalingkan muka untuk menyembunyikan ekspresi-ntah-apa-yang-terbentuk ketika aku berusaha menahan ketawa. WKWKWKWK SUBHANALLAH NGAKAQ SAYA. Setelah mba nya menjauh, aku bilang,
“Woi gila!”, dan manusia itu hanya tertawa.
Gak lama, pesanan itu datang. Eh beneran, 1 setengah mateng, 1 agak mateng, dan 1 lagi agak setengah mateng. Dan aku jadi tertantang lagi buat lebih merepotkan,
“Mba bisa bikin scramble egg?”,
dan giliran aku dikerjain, “Bukan saya mba, tapi ada chef nya yang buatin”.
Wkwkwk anjir itu dah maksud gue. “Iyaa, pesen scramble egg nya ya mba, telurnya 2, trus jangan kering ya mba”.
Si mba hanya tersenyum. Dan bisa saya pastikan, ia berjalan dan hatinya berkata, “Lu kate dapur mbah lu mesen banyak amat“.
Selanjutnya, apalagi yang bisa dimanfaatkan? Kita emang ahli untuk memanfaatkan agar efisien.
Mari Fast Forward dimana sang kepala suku udah di Surabaya dan menjemput kita. Akhirnya, kita bertiga gak lagi jadi anak hilang tak tahu arah. Kehidupan mewah sudah kami tinggalkan. Dan tinggal di apartment kepala suku gak jauh beda lah dari hotel. Hahahahahaha.
Setiap hari diisi dengan, “Mau makan apa hari ini woooy?” “Makan bebek? ayook” “Makan nasi pecel? ayook” “Makan sambel sego? ayook”. Dan aku merasa ini seperti surga ku yang addicted banget sama makanan pedas, karena mostly, makanan disini pedasnya gilsss 4 thumbs up! Makanan manisnya ga kalah. Martabak apa ya lupa namanya wkwkwk aduh maapkan saya lupa. Tapi dewa bgt rasanya. Ada sih di path, tapi malas scroll. Maklum. Biar ga lupa aku suka save loc di path. Tujuannya biar ga lupa sumpah. Hari-hari di Surabaya banyakan ke wisata kuliner dibandingkan belajar hahaha.
Ada nih satu, yang palingggg aku ingat. Namanya mie setan. Namanya aja udah jahanam. MashaAllah ngantri panjang banget kaya ada pembagian sembako gratisan sumpah. Akunya ditantangin makan level 3 apa 4 lupa deh, nah yang lainnya pada level 1 dan 2. Saat itu. Satu suap. Biasa saja. Pedas apanya sih. Dan kemudian dilanjutkan dengan suapan kedua. Hm… Dan suapan ketiga.. AAAA MANA MINUM MINUM MANAAA MINUM BELUM DI AMBIL SANA AMBILIN MINUUUUM PLISSSS. Dan salah banget minumnya air dingin jadinya ga ilang-ilang. Huh Haah Huh Hah. Okee, ini cabe apaan ya kecap kecap kecap plis kecap.
AAAA MANA MINUM MINUM MANAAA MINUM BELUM DI AMBIL SANA AMBILIN MINUUUUM PLISSSS. Dan salah banget minumnya air dingin jadinya ga ilang-ilang. Huh Haah Huh Hah. Okee, ini cabe apaan ya kecap kecap kecap plis kecap.
Huh Haah Huh Hah. Okee, ini cabe apaan ya kecap kecap kecap plis kecap.
Okee, ini cabe apaan ya kecap kecap kecap plis kecap.
Alhamdulillah saya bisa menghabiskannya. Setelah menghabiskan 2 botol Aqua. Mie nya ga seberapa, airnya nih yang bikin begah. Oh my Gooood dijalan udah pada tewas. Gaa ada yang ngobrol dijalan pulang. Hening. Nahan kentut kali.Sampe di apartment, A langsung ngejar toilet. Aku dan yang lain masih di ruang TV, dan terdengar suara “CREEEEETT” jir itu bunyi kentut yang kental menggema dari toilet yang berongga dan aku bisa membayangkan kelegaannya hanya dengan mendegarkan. AAAAAAAA TV MANA IDUPIN BURUAN. ATAU APA GITU YANG RIBUT RIBUT. Jorok woi astagaaa omg sumpah. Katupnya ga bisa di kontrol dikit apa zzz. Dan aku, masuk kamar, siap siap mau tidur dan kemudian…… mulai merasakan efek cabe-cabean tadi. OHMYGOD sakit perut yang like never before. Terasa panas nya tapi ga bisa keluar even kentut atau sendawa pun enggak. Itu sakit perut paling parrah seumur hidup sampai saat ini. Yaa gak menutup kemungkinan bakal ada yang lebih parahnya lagi selanjutnya, dikarenakan aku yang terlalu candu makanan pedas. Hehe. Yang lain nanyain,
“Ken gapapa ken?”
“ken kerumah sakit ga ken?”
“Ken, kalau kau kenapa kenapa kami yang dimaki gaek kau nanti”
“ken mau aku carikan obat?”.
. . . . . . . . . . . .
Well, malam itu berakhir baik-baik saja, buktinya, aku masih idup?
Fast Forward lagi ke hari ujian. Ujiannya malem tjoi. Di gedung Teknik Elektro. Kita ber empat melewati lorong lorong dari parkiran ke kelas di gedung teknik elektro.
“Naah seberang sana gedung mesin ken, ituuu looh, sarangnya cowok-cowok keren”.
Hmmm noted.
Aku jalan paling depan, dan tiba-tiba aku mendengar nama aku dipangiil dari belakang.
“KEN”
Aku menoleh ke belakang dan aku sadar, itu yang manggil si Gunawan. Karena………… karena apa hayooo.
Karena ada satu teman lagi yang sama-sama dari PCR. Teman matrikulasi aku, Gunawan, dan Abdul dulu.
Dan, pada akhirnya, aku mengalah pada mata dan pikiran yang mau beristirahat. Dilanjutin ntar yaa…
XOXO
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!